Jumat, 09 Desember 2011

. . . . . . .

. . . . . . .

Kubuka mata yang lelah saat semuanya sedang bersibuk dengan tugas dan remidi yang harus mereka lakukan.

Aku lelah, pikirku. Aku menyerah menghadapi jutaan remidi dan tugas yang mengantre untuk kulayani. Menambah beban pikiran yang sepertinya telah mencapai batas klimaks, obesitas. Terlalu berat untuk kuselesaikan hari ini. Dalam waktu kurang dari 8 jam.

Mungkin aku memang wanita yang mudah menyerah. Terlalu pesimis untuk menghadapi tantangan. Dalam pelajaran, sekolah, dan seluruh teori formal dunia ini aku memang payah. Pecundang. Dan tak mampu diharapkan lagi.

Kembali ke dunia nyata, aku mengusap mata dengan segenap kekuatan yang terkumpul. Dengan malasnya kuangkat kepala dan sesekali menguap. Kuedarkan pandangku ke selosok kelas. Mengintip kegiatan anak-anak yang bergelut mencari tugas remidi test. Di tengah penjelajahan mataku pada pemandangan kelas, aku melihat sosok seorang . . . malaikat? Entahlah.


Di pojok kelas, tempat biasa guru bertengger, menempelkan pantat panasnya untuk memarahi dan menghajar siswa dengan materi yang tiada habisnya. Dengan mata besarnya yang terbingkai kacamata kotak berframe simple. Berambuk cepak hitam yang dipotong sedemikian rupa untuk menyesuaikan bentuk wajahnya yang sangat indah. Mulutnya sedikit terbuka, menandakan bahwa ia sangat serius dengan apa yang sedang ia kerjakan. Pandangan matanya menyorotkan keseriusan pada layar laptop dan jari-jari tangannya sangat indah memainkan joystik. Entah kenapa, aku jadi tertarik untuk terus melihatnya. Terhanyut oleh pemandangan yang begitu lugu dan membuatku terkekeh dalam hati.

Atmosfer dalam ruang itu seketika berubah ketika dia menyadari kehadiranku yang menatapnya lekat. Dengan ekor matanya yang tejam namun melemahkan itu, dia melirikku.Mengarahkan kepalanya menghadapku, dan tersenyum. Senyum yang diarahkannya padaku. Senyummu masih sama, senyum yang dapat mematikan sejenak kinerja otakku. Membuat segenap syaraf tubuhku mengendur dan tak berfungsi untuk sementara waktu. Membuatku seakan menjadi penderita stroke.

Tak mampu aku mengangkat tubuh untuk beranjak dari tempatku berada. Hingga sampai pada saat dimana dia menghampiriku sambil berkata :

"Kalo ngliatin jangan kelamaan, ntar naksir loh !"

Hei kamu ! Apakah kamu tau? Hatiku telah berteriak-teriak dengan sangat kencang, mengatakan "Ya ! " Sebegitu kencangnya hingga mulutku tak dapat menangkap respon tersebut.
. . . . . . .

Random yah? Iya gue juga ngarti (‾~‾“) *sial*

Tidak ada komentar: