Rabu, 05 September 2012

:')

aku bermimpi kita masih bersama , saat aku terbangun aku sadar kamu bukan milikku lgi :')

Selasa, 04 September 2012

aku mohon dengan sangat

Mungkin jika memang ini jalan yang kamu inginkan, mau tidak mau aku harus mengikutinya. Dalam menjalani sebuah hubungan, di perlukan 2 pihak yang saling mencintai, tapi untuk mengakhirinya, hanya butuh satu pihak yang tidak mempunyai lagi cinta, bukan? Begitu pula dengan aku. Seberapa besarpun aku mencintaimu, aku tak akan bisa bersamamu jika kamu tak memiliki lagi rasa yang sama.

Akan aku coba untuk mengikhlaskanmu, melepasmu pergi. Aku tau, mungkin bagiku, kamu yang terbaik yang pernah aku miliki. Tapi bagaimana denganmu? Mungkin aku bukan satu-satunya yang terbaik, jadi kamu masih akan mencari seserang yang lebih baik dari aku. Meski sakit, tapi tak apa :) toh aku yakin, rasa sakit ini perlahan akan hilang seiring berjalannya waktu. Bukan begitu?

Apakah aku boleh meminta satu permintaan lagi? Ahh sepertinya terlalu banyak permintaan yang telah aku pinta darimu. Dulu aku meminta perhatianmu, lalu aku meminta kamu untuk meninggalkanku, lalu kemudian aku memintamu lagi untuk kembali. merepotkankah aku? Ya, aku memang merepotkan. Dan memang begini adanya aku :)

Jadi aku mohon dengan sangat. Satu permintaan terakhirku sebelum aku akan benar-benar pergi meninggalkanmu. Bisakah kamu sedikit saja menjauhi ku? Menjaga jarak denganku? Jangan kamu memberikan aku harapan-harapan kecil itu lagi. Kamu tau? Itu sangat menyiksaku. Kamu terlalu baik, kamu mengantarku pulang, memaksaku untuk secara tidak langsung mencium aroma tubuhmu, membuat rasa rinduku kembali muncul ke permukaan. Aku terlalu terbiasa bersama-sama denganmu, salah satu kebiasaan burukku yaitu menyenderkan daguku ke pundakmu. Demi Tuhan, itulah posisi ternyaman yang pernah aku rasakan, walaupun jok motormu memang tidak bisa di pungkiri lagi kerasnya. Yang membuatku sebal adalah di saat aku sadar bahwa aku sudah tidak memilikimu lagi. Aku sudah tidak ada lagi di sana, di hatimu. Sakit? Sangat

Itu saja permintaanku. Apakah terlalu merepotkanmu?

Oh iya, aku tau kamu mungkin telah mencari penggantiku. Siapa namanya? Ahh aku sempat membuka akun Facebookmu, tapi aku tidak bisa membaca namanya. Cantikkah dia? Semga seperti yang kamu harapkan.

Secepat itukah? Bahkan bayangmu saja masih belum terhapus sepenuhnya, dan kamu telah dekat dengan seorang gadis? Selamat :) kamu memang hebat.

Sabtu, 01 September 2012

apapun selain dia :(

Kamu inget hari ini tanggal berapa? 1 September lo :D. Kamu nggak tau ya? Apa mungkin kamu lupa? Ummm baiklah, aku akan mengingatkanmu. Tepat di hari ini kita 3bulan, yaaaaa baru 3 bulan dan hubungan kita kandas begitu saja. Hari ini tanggal di mana brightmoon, bulan purnama paling terang tiap 3 bulan sekali muncul memperlihatkan dirinya, tanggal di mana di mulainya bulan September. Bulan kesukaanku, kamu tau alasannya bukan? Kuharap begitu.

Hari ini aku memutuskan untuk datang ke tempat kita biasa menghabiskan waktu. Di mana lagi kalau bukan? Ummm yeah kamu pasti tau. Tempat di mana kita sama-sama terbengong-bengong melihat semburat kemerahan matahari yang beranjak pergi, di mana kita saling tunjuk memperlihatkan kilauan lampu-lampu yang menguji mata kita, di mana kamu sering memameriku kembang api. Lalu memelukku manja sambil berkata bahwa kamu menyayangiku. Tapi itu 2 bulan lalu, kini? Jangan tanya mengapa. Aku tak akan menjawab.

Aku datang sendiri, pukul setengah enam sore. Aku membawa perbekalan bagi kita berdua. Aku, kamu, kita. Kita berdua. Aku duduk, menunggumu, lama. Aku menunggumu dengan penuh rasa sabar, tapi tidak dengan matahari. Dia mendahuluimu, dia beranjak meninggalkanmu, meninggalkan aku bersama kegelapan. Kegelapan yang sepi, tanpa kamu, tanpa bulan yang biasanya menemaniku di sana. Aku menangis, mengingatmu kembali. Mengingat bagaimana kamu dulu selalu memarahiku saat aku mulai menitikkan air mata. Aku ingat, aku pernah berjanji padamu untuk berhenti menangisimu. Aku tepati janjiku, ku hapus air mataku. Aku bertahan, tidak menangis. Dan aku berhasil.

Entah karena rasa bosan atau rasa takut yang mulai menghampiriku, aku mencoba untuk menelfon mu. Kamu menjawab, dengan suara parau kamu mengatakan bahwa kamu barusan tidur, dan kamu akan segera menyusulku. Jujur, detik itu juga aku tak bisa menahan aliran kebahagiaanku. Senyumku pun mengembang tak bisa ku sembunyikan lagi. Membayangkan kita, di sini. Seperti dulu, 2 bulan lalu.

Tak lama kemudian kamu datang menghampiriku. Itu benar-benar kamu. Kamu yang nyata. Jujur saja, saat itu aku ingin berlari ke arahmu, memelukmu, dan berkata bahwa aku sangat menyayangimu dan mencintaimu. Namun kewarasanku menolaknya, berkata bahwa akan ada saatnya untuk aku melakukan itu. Akan ada saatnya, intinya bukan sekarang. Di tempat ini, dalam keadaan ini, dalam status seperti ini.

Lama kita berbincang-bincang. Menunjuk bulan, menyusuri kembang api, menghitung lampu, mengomentari suara karaoke yang begitu mengusik pendengaran. Konyol memang, tapi entahlah, aku tidak bisa tertawa sejak peristiwa itu. Aku merasa hambar. Entah kenapa. Jangan tanya padaku.

Dinginnya angin dan ganasnya kabut yang turun malam ini membuatku tak bisa berlama-lama berada di sana. Aku dan kamu menuju ke tempat makan favorit kamu. Saat ini, aku membawa motorku sendiri, dan kamu juga. Kamu tau? Tanpa kamu sadari kamu selalu menengok ke gang di mana Mantanmu tinggal. Apakah kamu sadar? Mungkin kamu tidak, tapi aku iya. Sakit? Pasti. Tapi bisa apa aku? Bisa apa? Jadi, dari pada aku sakit hati melihat tingkahmu, aku mencoba untuk mendahuluimu. Malas untuk menuruti sakit hati ini. Berdua denganmu adalah hal yang begitu sayang untuk bisa di rusak dengan perasaan sakit seperti ini. Aku coba memaklumi. Apakah memaklumimu merupakan sebuah kesalahan?

Sampai di sebuah warung tenda, dengan semangat menggebu-gebu aku memesan satu mangkok mie rebus tanpa bawang goreng juga segelas susu jahe istimewa. Tak begitu berbeda denganmu, kamupun langsung menyambar bungkusan nasi berlauk ayam super yang telah di sediakan. Tak lupa, tahu isi kesukaanmu selalu saja mengikuti kemana gigimu mengunyah. Hingga tiba saatnya kamu membuka sms, entahlah. Dari tadi aku perhatikan kamu begitu sibuk dengan hapemu. Tidak seperti biasanya, batinku. Kamu berkata bahwa itu sms dari temanmu, mengabarkan bahwa dia sedang bersama Tata, pacarnya. Sampai aku menyadari sebuah keanehan dari caramu mengetik sms. Setahuku, kamu selalu melafalkan keras-keras isi pesan yang akan kamu tulis, tapi tidak untuk ini. Maka dari itu aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Sopo sih? Sibuk banget."

"Ohhh nganu, iki hlo. Pisa."

"Oalah."

Kamu tau? Di balik kata 'oalah' ku itu tersimpan kekecewaan yang begitu besar? Apakah kamu punya alasan yang cukup bagus untuk menyelesaikan kesalah pahaman ini? Seketika itu juga makanan di hadapanku berubah menjadi sangat tidak nikmat, tidak menggiurkan lagi. Sakit hati, cemburu, kecewa, semuanya jadi satu rasa. Menelan semua itu dalam sekaligus. Saking memang, tapi bisa apa aku?

Jadi untuk apa selama ini? Untuk apa selama ini aku mencoba menjaga perasaanmu? Apa gunanya semua yang telah aku lakukan? Kamu memintaku untuk menjauhi seseorang, baiklah aku akan mematuhimu. Kamu memintaku untuk tidak sering keluar malem, iya aku menuruti permintaanmu. Bahkan saat kamu memintaku untuk tidak lagi mencari perhatianmu, aku turuti. Iya bukan? Buktinya hingga saat ini pun aku tidak pernah mengganggumu lagi. aku tidak pernah mengirim sms-sms penuh rengekan. Bahkan saat aku sedang sakitpun, aku tidak lagi meminta perhatianmu. Persis seperti yang kamu inginkan. Aku mematuhimu.

Tapi apakah itu balasannya? Aku menuruti semua keinginanmu. Bisakah kamu sekali saja menyenangkan perasaanku dengan menjauhi dan tidak lagi mengingatnya? Kamu tidak bisa? Oh iya, aku lupa. Memangnya siapa aku? Punya hak apa aku untuk melaran g-larang kamu?